Specific Language Impairment
Specific Language Impairment:
Konseptual, Diagnostik, Intervensi Terbaik
Gangguan bahasa, sering dikenal dan direpresentasikan dengan berbagai istilah. Sebelum membahas mengenai SLI, pemetaan konseptual atau diferensial tipe gangguan bahasa sangat diperlukan dalam upaya penyamaan persepsi.
Secara umum, gangguan bahasa pada masa perkembangan dapat direpresentasikan sebagai suatu kondisi dimana ditemukan adanya deviasi (penyimpangan) dalam memperoleh dan/atau mengembangkan struktural bahasa (fonologi, gramatikal, semantik) dan fungsional bahasa (pragmatik). Gangguan ini dapat terjadi secara primer, sekunder dan diperoleh (Tabel 1).
Ketika berhadapan dengan gangguan bahasa yang terjadi secara primer, maka pada berbagai literature akan banyak ditemukan berbagai istilah yang diusulkan dalam upaya menjelaskan kondisi ini, seperti istilah specific language impairment dan developmental language disorder. Menengahi kedua istilah tersebut, pada DSM 5, gangguan bahasa yang terjadi secara primer dikenal dengan diagnostik language disorder (APA, 2013). Berbeda halnya ketika berhadapan dengan gangguan bahasa yang terjadi secara sekunder, dimana ditemukan bahwa gangguan bahasa tersebut merupakan sebuah simptom dari suatu diagnosis, misalnya seperti ASD dan ID. Dengan kata lain, gangguan bahasa sekunder merupakan gangguan bahasa yang dianggap sebagai sebuah simptom dari suatu diagnosis, sehingga dalam teknik penulisan laporan, diagnosis yang dibuat adalah autism spectrum disorder atau disabilitas intelektual, bukan autism spectrum disorders disertai (berkomorbid) dengan gangguan bahasa.
Tabel 1. Diferensial Tipe Gangguan Bahasa
Tipe Gangguan Bahasa |
Diganosis |
Primer |
Language disorder/specific language impairment/DLD |
Sekunder |
ASD/ID |
Diperoleh |
Acquired neurological language disorder/acquired aphasia in children* |
DLD (developmental language disorder)
ASD (autism spectrum disorder)
ID (disabilitas intelektual/retardasi mental)
*Dalam kasus ini gangguan bahasa terjadi pada saat bahasa sedang berkembang dan terganggu paska stroke/traumatic brain injury/tumor/epilepsi
Tinjauan Ringkas SLI
Di atas telah dicoba untuk dipetakan konseptual gangguan bahasa atau diferensial tipe gangguan bahasa, sehingga pada akhirnya sampai pada pemahaman bahwa saat berhadapan dengan istilah SLI, maka sesungguhnya kita berhadapan dengan gangguan bahasa yang terjadi secara primer, bukan berhadapan dengan ASD, ID, atau acquired neurological language disorder/acquired aphasia in children.
Jika sebelumnya kita berhadapan dengan istilah SLI, maka selanjutnya kita akan berhadapan dengan bagaimana caranya melakukan diagnosis SLI.
Asesmen & Diagnosis SLI
Asesmen merupakan istilah yang merujuk pada suatu pelayanan berbasis pre-diagnosis. Sebelum melakukan diagnosis, maka idealnya dilakukanlah pemeriksaan atau pengumpulan data dengan berbagai metode, misalnya wawancara, tes, observasi dan sempel bahasa dalam komunikasi spontan untuk menentukan MLU dan struktur gramatikal. Diagnostik yang tepat begitu penting untuk long-term outcome dan tata kelola yang tepat. Salah diagnostik, maka akan keliru untuk memberikan program dan memprediksi long-term outcome.
Dalam praktik lapangan, sering terapis wicara berhadapan dengan anak yang tidak kooperatif, sehingga sulit untuk dilakukannya tes bahasa. Dalam kondisi seperti ini, metode yang bisa digunakan adalah wawancara, observasi, dan yang paling tidak kalah terpenting adalah sempel bahasa di dalam komunikasi spontan anak tersebut.
Sumber: Kenneth & Julie (2009)
Selain asesmen bahasa, sebagai terapis wicara yang telah telah melakukan asesmen mendalam pada bahasa dan telah menemukan simptom bahasa pada SLI, maka selanjutnya rujuklah anak tersebut kepada professional lain jika memang anak tersebut belum menerima tes intelegensi menggunakan WISC. Ketika berhadapan dengan SLI, diagnostik tersebut akan terkonfirmasi positif jika anak memiliki full scale IQ minimal 90 (minimal rata-rata), dan biasanya anak SLI memiliki tipikal IQ dimana PIQ (perfom) di atas 90, dan VIQ (verbal) di bawah rata-rata (<90).
Tabel 2. Simptom SLI
Area |
Simptom bahasa |
Fonologi |
|
Gramatikal |
|
Semantik |
Sering ditemukan masalah dalam:
|
Pragmatik |
Terkadang ditemukan masalah dalam:
|
Kriteria Diagnostik SLI
Idealnya, dalam kebutuhan diagnostik SLI, hanya dibutuhkan beberapa kriteria diagnostik utama dalam DSM 5 (APA, 2013), diantaranya adalah:
- kemampuan bahasa ekspresif, reseptif, atau keduanya di bawah usia kronologis;
- terdapat masalah semantik, gramatikal (morfologi dan sintaksis), serta masalah discourse (pragmatik);
- berdampak pada berbagai hal, misalnya komunikasi yang efektif;
- tidak disebabkan rendahnya tingkat intelegensi dan gangguan neurologis;
Intervensi SLI
Karena terapis wicara dimodali pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan asesmen bahasa yang spesifik, secara ideal dalam penetapan diagnosis spt pedoman di atas hendaknya memberikan catatan spesifik, tidak hanya menjelaskan seorang anak mengalami gangguan bahasa ekspresif atau reseptif, melainkan menjelaskan apakah anak mengalami:
- Gangguan reseptif fonologi
- Gangguan reseptif semantik
- Gangguan reseptif sintaksis
- Gangguan ekspresif fonologi
- Gangguan ekspresif semantik
- Gangguan ekspresif sintaksis
Spesifikasi di atas pada dasarnya berhubungan dengan hasil intervensi terbaik pada populasi SLI. Misalnya, sebuah studi meta analisis (bukti ilmiah paling baik) mengenai intervensi SLI telah dirilis di Cochrane pada tahun 2004. Berikut hasil yang dapat disampaikan:
KATEGORI SLI (specific language impairment) |
TEMUAN KLINIS
|
PENANGANAN & PROGNOSIS
Intervensi vs tanpa intervensi (Law, Garrett, Nye, 2004)
Perbedaan efektivitas berbagai jenis teknik terapi (Law, Garrett, Nye, 2004)
Intervensi yang diberikan ortu vs TW (Law, Garrett, Nye, 2004)
|
Sumber :www.rexystaruna.com